Cegah Penularan Malaria, Dinkes Paser Bagikan Ribuan Kelambu
Dalam pencegahan penularan malaria Dinkes Paser melakukan pemeriksaan darah pekerja perkebunan dan daerah berisiko malaria, penyemprotan, pembagian kelambu kepada warga yang tinggalnya di daerah hutan atau tempat berkembang nyamuk Malaria.
Paser, infopaser.id – Kasus malaria di Kabupaten Paser satu tahun terakhir cukup meningkat. Hal ini tentu membuat pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Paser terus bergerak cegah penularan Malaria sedini mungkin.
Spesies nyamuk yang tumbuhnya di daerah hutan ini cukup banyak di Paser karena faktor geografis yang luas dan masih hutan.
Solusi sementara untuk pencegahan adalah pemeriksaan darah pekerja perkebunan dan daerah berisiko malaria, penyemprotan, pembagian kelambu kepada warga yang tinggalnya di daerah hutan atau tempat berkembang nyamuk Malaria.
Pada Februari 2023 ini saja Dinkes Paser telah menyalurkan 6.750 kelambu ke berbagai warga di desa yang rawan Malaria. Total Ada 12 desa yang rawan akan terserang malaria.
“Rencananya Maret nanti akan dibagikan lagi 4.050 kelambu,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Paser Jon Jauhari didampingi Analis Penyakit Menular Wujang Bayu Pratugas, Kamis (9/3).
Baca Juga:
- Mau Pede Publik Speaking dan Cari Hiburan, Yuk Gabung ke Komunitas Stand Up Indo Paser
- Demi Cegah Stunting, Pemkab Paser Siap Bagikan 5 Ribu Butir Telur
Pengadaan kelambu ini bersumber dari program Kementerian Kesehatan. Dinkes memantau semua daerah pedalaman di Paser berstatus endemis Malaria atau kategori resiko tertular tinggi.
Meskipun level kabupaten, kasus Malaria di Paser masuk zona kuning atau endemis sedang. Tiap desa berbeda-beda statusnya. Malaria penyebarannya di hutan, biasanya di perbatasan dan pedalaman dekat hutan. Perlu pengendalian lingkungan yang ketat agar nyamuk Malaria tidak berkembang.
Dinkes terus memantau pekerja perkebunan dan kayu yang bertugas di hutan, karena mereka yang rawan tertular malaria dan jangan sampai membawa ke lingkungan rumah.
“Biasanya petugas langsung jemput bola ke hutan dan mengecek kondisi kesehatan pekerja,” kata Jon.
Berbeda dengan nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD), penularannya justru di wilayah kota. Biasanya nyamuk tersebut mengendap di daerah kotor, berkembang di air bening, kaleng dan ban bekas.
Baca Juga:
- Inilah Wajah Baru Taman Tepian Siring Kandilo di Paser
- Ini Sektor yang Berpotensi Bikin Para Investor Makin Cuan di Paser, Penasaran Apa?
Nyamuk DBD biasa menggigit pada pagi sampai sore hari, sementara Malaria pada malam hari. Pola hidup bersih di kota adalah salah satu cara mencegah nyamuk ini agar tidak masuk ke rumah. Untuk mencegah malaria Dinas kesehatan menghimbau masyarakat yang mengalami keluhan demam, sakit kepala, mual terutama setelah aktifitas di hutan atau daerah endemis agar memeriksakan ke fasilitas kesehatan.
Bupati Paser dr Fahmi Fadli yang berlatar belakang dokter, sangat peduli terhadap urusan kesehatan. Selain memperhatikan sumber daya manusia (SDM), Fahmi juga mendukung penuh pengembangan infrastruktur di RSUD Panglima Sebaya sampai di Puskesmas.
Kasus Malaria di Paser dua tahun terakhir:
2021 | 224 kasus, nihil meninggal |
2022 | 638 kasus, 4 meninggal. |
Kasus DBD di Paser:
2021 | tidak ada meninggal. |
2022 | 131 kasus. |
2023 | 1 kasus meninggal pada bulan Januari |