Komunitas yang berdiri karena pandemi Covid-19 ini telah banyak melahirkan pengusaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mandiri. Dari hanya berjualan online bisa punya outlet sendiri.
Teras UMKM Paser namanya. Komunitas yang kini memiliki badan hukum itu merangkul seluruh pelaku UMKM dan komunitas yang ingin bergabung.
Mulai dari pengusaha kuliner, fashion, fotografi atau digital teknologi, kecantikan, agrobisnis, dan lainnya. Ketua Teras UMKM Paser Eka Dian Mayasari mengatakan pandemi membuat para pengusaha harus memutar otak agar terus bertahan. Melalui
Teras UMKM Paser ini, banyak pelaku usaha yang makin besar produknya dikenal dan modalnya meningkat. Agenda rutin berjualan di Taman Hutan Kota pun juga kini sudah didukung penuh oleh dinas terkait yaitu tiap Minggu pagi di Kelurahan Tanah Grogot.
“Karena data seluruh pelaku usahanya jelas dan memiliki badan hukum, akhirnya komunitas ini didukung oleh pemerintah,” kata Eka, Rabu (8/2).
Keanggotaan pelaku usaha di komunitas ini pernah sampai 90 orang. Namun banyak yang keluar karena kini fokus membangun usahanya sendiri. Tapi ini justru menjadi kebanggaan tersendiri bagi Teras UMKM Paser, karena telah melahirkan pengusaha yang berkembang.
“Meskipun teman-teman keluar dari keanggotaan, silaturahmi tetap terjalin,” kata Eka.
Selama pandemi dua tahun terakhir, Teras UMKM Paser rutin menggelar pertemuan untuk peningkatan bisnis tiap anggota. Melalui berbagai program dan rutin diskusi, banyak ide-ide tertuang hingga akhirnya berdampak pada peningkatan usaha.
Tiap pelaku usaha saling berbagi pengalaman dan strateginya dalam pengembangan bisnis. Hal inilah yang membuat Eka semangat mempertahankan komunitas ini. Karena menjadi wadah non-komersil dan tidak ada kepentingan. Dia juga tidak ingin ada gap antara para pelaku usaha atau komunitas.
Tiap pelaku usaha tidak sungkan berbagi cara dalam berbisnis, mulai dari memikirkan produk, perizinan, sampai packaging menjadi waralaba dalam komunitas ini. Bahkan program kegiatannya juga digelar ke berbagai desa dan komunitas swasta atau organisasi pemerintahan seperti PKK.
“Kadang realitanya sesama teman usaha, ada saja yang enggan kasih informasi. Misal di mana membeli produk kemasan makanan atau lainnya. Di komunitas ini, tidak ada yang seperti itu,” kata Eka.
Eka juga mendorong sejumlah pelaku usaha agar berani memasarkan produknya di toko modern. Meskipun berbeda kerjasamanya dibanding dengan warung kecil. Namun ini melatih pelaku usaha agar bisa membesarkan produknya.
Karena telah memiliki badan hukum, komunitas ini akhirnya banyak mendapat dukungan. Tidak hanya izin dari pemerintah berjualan di sejumlah titik strategis, tapi banyak juga sponsor masuk untuk membantu berjalannya kegiatan Teras UMKM.
Mulai dari tenda untuk berjualan, pelatihan UMKM, dan dalam waktu dekat ada sponsor yang akan memberikan harga khusus di bawah pasaran kepada anggota komunitas, untuk produk kemasan berjualannya.
“Selama ini harga kemasan di Paser cukup tinggi, ini yang jadi kendala teman-teman sering dikeluhkan,” pungkasnya.
Banyak juga di anggota komunitas ini yang merupakan pendatang dari luar kota, akhirnya mereka menjadikan komunitas ini sudah seperti keluarga baru. Sekarang pun tiap Minggu di kawasan berjualan mereka di Jalan Jenderal Sudirman menjadi lokasi Car Free Day.